Kenapa Bisnis Pensiunan Banyak yang Gagal


Ada fakta yang menarik, dari diskusi dengan pensiunan disebuah perusahaan, sekitar 90 persen bisnis pensiunan mengalami kegagalan. Angka itu sangat besar sekali dan juga menjadi pertanyaan besar, mengapa bisnis pensiunan bisa gagal total.

Kalau melihat dari pengalaman kerja yang rata-rata bisa bekerja selama 25-30 tahunan dalam sebuah perusahaan profesional, namun mengapa pengalaman panjang dalam mengelola bisnis itu tak berkorelasi positif terhadap bisnis yang dikelolanya.

Dari menghimpun dari diskusi dan masukan para pensiunan yang umumnya mengelola bisnis, berikut ini penyebab tingginya rasio kegagalan bisnis pensiunan.


1. Mindset Masih Seperti Pekerja

Umumnya para pensiun yang kemudian merintis usaha, dalam benaknya masih menggunakan cara pikir pekerja. Karena puluhan tahun terbiasa berkerja dengan menunggu tugas dan perintah atasan, maka saat pensiun mentalitas pekerja tersebut masih lekat.

Bagaimana tidak, puluhan tahun menunggu komando, maka yang dirasakan saat pensiunan memulai usaha bingung harus melakukan apa. Biasanya kerja dalam organisasi yang tersistem dan job desc yang jelas, kemudian harus mengatur semuanya sendiri.

Ada kebingungan harus memulai yang mana dengan cara apa. Sehingga banyak waktu kosong terbuang karena tidak jelas apa yang ingin dicapai dan cara mencapainya yang mana semua itu harus dirumuskannya sendiri.

Saat memulai bisnis, maka seorang pensiunan harus memikir visi, misi dan goal sendiri, mau dibawa kemana arah usaha yang dijalani. Dan fase bengong ini bisa jadi cukup lama, sehingga membuang waktu kerjanya.

Solusi masalah ini adalah Anda harus mengganti semua kehidupan Anda dari ekosistem pekerja ke ekosistem pebisnis. Bisa mengikuti seminar, baca buku dan bergaul dengan orang-orang yang menjalankan bisnis.


2. Terbiasa Memegang Uang Besar

Berikutnya yang sering menyebabkan kegagalan bisnis pensiunan adalah kebiasaanya memegang uang besar sehingga tidak menghargai uang kecil. Kebiasaan mendapatkan gaji bulanan dan tunjangan yang rutin menyebabkan pekerja merasa bahwa mendapatkan uang itu cukup mudah.

Kebiasaan ini terbawa saat pensiunan, karena terbiasa memegang uang besar, umumnya tidak menghargai uang kecil. Akibatnya mempengaruhi bisnis yang dilakukannya.

Umumnya pensiunan jika memulai bisnis ingin memulai dari besar, dengan margin yang besar dan untung cepat. Padahal dalam bisnis, cerita seperti ini nyaris tidak dapat kita temui. Semua bisnis besar awalnya dari bisnis kecil. Semua bisnis dengan banyak pelanggan awalnya juga dari pelanggan kecil.

Keinginan untuk mendapatkan uang besar dengan cara cepat inilah yang membuat pensiunan seringkali kena tipu investasi dan bisnis bodong. Sering kita jumpai kasus, pensiunan tertipu ratusan juta karena ketipu rekan bisnis atau investasi.

Solusi mengatasi ini, jika Anda ingin memulai bisnis, maka mulailah dari kecil dahulu, bangun bertahap, tidak perlu tergiur dan buru-buru tergoda dengan janji-janji investasi yang menggiurkan.


3. Rendahnya Inisiatif

Mengelola bisnis berbeda banget dengan menjadi pekerja. Salah satu yang membedakan adalah masalah inisiatif. Seorang pekerja biasanya tugasnnya sudah jelas dan tersistem. Namun saat jadi pebisnis maka owner harus memiliki inisiatif setiap hari.

Kalau pekerja jam kerjanya telah jelas ditentukan, namun saat menjadi pebisnis, maka kita tak lagi mengenal weekend dan tanggal merah. Harus selalu on setiap hari untuk memikirkan kemajuan perusahaannya.

Nah, dalam banyak kasus, saat pensiunan memulai usaha, cara kerjanya masih mengikuti irama kerja karyawan, akibatnya kemajuan bisnisnya tidak bergerak signifikan. Bisnis dianggap sampingan, karena dianggap sampingan maka pertumbuhan bisnis lambat.

Solusi jika menemui kebuntuan insiatif, maka bergabunglah dengan komunitas pebisnis, jangan selalu kumpul dengan pensiunan yang tidak merintis bisnis. Dengan kita bergaul dengan pebisnis, maka cara pikir, cara kerja dan mentalitas juga akan ikut terkerek secara perlahan menjadi seorang pebisnis.


4. Miskin Pengalaman

Banyak pensiunan yang memandang bahwa bisnis itu mudah sebagaimana analisa keuntungan yang biasa dilampirkan dalam analisa keuntungan dalam buku-buku bisnis. Demikian juga ada yang berpandangan bahwa pengalaman selama bekerja bisa menjadi jaminan kesuksesan dalam sebuah bisnis.

Namun faktanya, mengelola bisnis sama sekali berbeda dengan menjadi karyawan sebuah perusahaan. Ada banyak sekali perbedaannya yang ini tidak disadari oleh para pensiunan. Bisnis tak seindah proposal yang sering disodorkan.

Karena miskin pengalaman, maka kemungkinannya ada dua, bisnis bisa gagal atau kalau ndak gagal ya ditipu orang.

Nah, bagaimana mengatasi masalah pengalaman bisnis ini. Jika Anda saat ini belum pensiun, alangkah baiknya jika 5 tahun sebelum pensiun Anda sudah mulai merintis bisnis kecil-kecilan untuk mengasah skills bisnis sejak dari dini. Karena pada dasarnya pengalaman ini tidak bisa dibangun dengan cepat, ada suka duka yang dilalui.


5. Post Power Syndrome

Penyebab kegagalan berikutnya adalah post power syndrome, alias sindrom yang disebabkan lepasnya jabatan setelah masa pensiun tiba. Biasanya seorang pekerja apalagi pejabat, urusan kantor bahkan sampai rumah sudah sedemikian rupa dibantu oleh perusahaan. Semuanya sudah ada yang menyiapkan dan yang membantu.

Namun saat pensiun tiba, semua fasilitas itu akan hilang. Tak ada lagi staf yang membikinkan minuman dimeja kerja kita. Tak adalagi anak buah yang selalu hormat dan siap menjalankan perintah. Tak ada lagi orang yang selalu hormat kepada Anda.

Pensiunan yang kena sindrome ini merasa posisinya lebih tinggi dari orang lain. Padahal saat Anda memulai bisnis, maka konsumen adalah raja, walaupun seara materi tidak selevel dengan Anda.

Ada banyak pensiunan karena dikantor merasa berharga, saat mulai bisnis tidak memberikan penghargaan maksimal kepada pelanggan, akhirnya pelanggan merasa dicuekin dan pergi.

Bagiamana mengatasi sindrome ini, salah satunya Anda haru benar-benar membunuh rasa gensi Anda. Mengubur gaya hidup yang tidak mendukung bisnis Anda, dan mencoba menempatkan pelanggan dan mitra sejajar dan lebih tinggi dari posisi Anda.


6. Ingin Cepat Besar

Jika sebelumnya karyawan bekerja dalam perusahaan besar, maka orde pendapatan dan pengeluaran tentulah sangat besar. Sebagai karyawan membahas angka jutaan dan milyaran itu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari walaupun itu sebenarnya adalah milik perusahaan.

Saat Anda memulai bisnis, pengaruh ini sering muncul. Kenapa untung bisnis ini kecil sekali. Kenapa ndak kita mulai dengan investasi yang besar dan lainnya.

Semua itu berujung ingin cepat mendapatkan hasil dari bisnis yang baru dimulainya. Dan ini sangat jarang bisa dilakukan, karena pada dasarnya memulai bisnis itu dari kecil, karena keterbatasan dana, pengalaman dan sedikitnya pelanggan saat memulai bisnis. Keinginan cepat besar ini bisa jadi bom bunuh diri, karena bisa jadi seperti balon yang kapasitasnya terbatas dan dipompa melebihi kapasitas.

Bagaimana mengatasi masalah ini, salah satunya mulailah dari kecil dahulu, bersabarlah mengikuti prosesnya dan tetap hati-hati dalam melangkah. Ingat selalu orang naik tangga, biasanya dari tangga kecil terus kebesar, sangat beresiko kalau ingin langsung jumping anak tangga.


7. Stamina Naik Turun

Masalah berikutnya yang menyebabkan kegagalan bisnis pensiunan adalah semangatnya naik turun. Orang bilang hangat-hangat tahi ayam. Biasanya orang saat memulai bisnis begitu menggebu-gebu dengan harapan keuntungan ditangan.

Namun, seiring dalam perjalanan ditemui beberapa kendala dan kesulitan, maka semangat yang menggebu itu perlahan terkikis. Bisnis hakikatnya adalah lari marathon dan bukan sprint.

Bisnis bukan sekedar adu cepat, tapi juga adu stamina dalam jangka panjang. Ada banyak bisnis pensiunan hidup segan mati tak mau, karena ditengah jalan kehabisan stamina.

Bagaimana mengatasi panas dingin menjalankan usaha bagi pensinan. Salah satu solusinya adalah bagaimana Anda bergabung dengan komunitas bisnis yang kondusif yang bisa menjaga spirit bisnis Anda saat masa lesu tiba. Bisa juga Anda mencari mencoach atau mentor yang dapat mendampingi tumbuh kembang Anda dalam menjalani bisnis.


Semoga saja, 7 hal diatas bisa Anda solusi saat memulai usaha.


Pensiunan Telkom Sukses Budidaya Ikan Nila dari Nol

 









Pak Danang Baskoro (jaket hitam sebelah kanan) adalah seorang pensiunan Telkom 2020 yang hari ini sukses budidaya ikan nila di Wonosobo. Sebelum pensiun, pak Danang memegang jabatan yang prestisius diperusahaan plat merah sebagai Vice President.

Nah, bagaimana pak Danang menyiapkan masa pensiunnya dengan begitu apik, sampai bisa berpindah kuadran dari karyawan menjadi pebisnis. Berikut ini apa yang bisa kita pelajari dari pak Danang.


1. Menyiapkan Diri Sebelum Pensiun

Pak Danang menyiapkan masa pensiun jauh-jauh hari sebelum masa pensiun itu tiba. Sebelumnya melakukan kerjasama bisnis di bidang garment sambil tetap bekerja sebagai karyawan Telkom. Alasan jauh-jauh hari melatih talenta bisnis ini adalah untuk mengasah kesiapan mental dan melatih skills bisnis sebelum pensiun itu tiba.

Bagi pak Danang, pensiun adalah sebuah kepastian. Karena pensiun adalah pasti, maka perlu disiapkan sebaik mungkin agar bisa tetap produktif setelah paska pensiun.

Pak Danang melihat, bahwa SK pensiun adalah sekedar selembar kertas alih status saja, baginya pensiun harus tetap bisa produktif.


2. Mengubah Gaya Hidup

Langka berikutnya setelah pensiun adalah melepas semua artefak perusahaan dimana puluhan tahun dia bekerja. Kenapa artefak itu disimpannya, mulai dari kalender, buku dan apapun yang terkait dengan kantor dilepas semua.

Alasan pak Danang melakukan itu adalah agar bisa merubah mindset dan life style, bahwa sekarang bukan lagi karyawan perusahaan, akan tetapi orang yang independent.

Dengan demikian, dia harus mengubah segalanya mulai dari cara pandang sampai bagaimana membelanjakan uang. Saat menjadi pejabat perusahaan, memegang uang besar sudah menjadi hal biasa, akan tetapi saat pensiun, tidak lagi bisa sama keadaannya. Hal itulah yang membuat pak Danang mulai beradaptasi dengan kondisi yang baru.


3. Berusaha Tetap Produktif

Langkah yang ditempuh berikutnya adalah tetap produktif saat pensiun. Bahkan saat awal-awal pensiun dia berusaha hidup dengan uang pensiun yang diterimanya yang jauh dari pendapatan saat menjadi pejabat Telkom.

Namun mencari jalan untuk tetap produktif mencari peluang hingga akhirnya melihat peluang didaerahnya untuk mengembangkan budidaya ikan nila.

Tidak tanggung-tanggung, untuk dapat masuk kedalam bisnis barunya, pak Danang rela belajar dari para peternak ikan didaerahnya, pergi ke pasar ikan seharian demi untuk mendapatkan pengetahuan tentang pasar ikan. Mencatat berapa orang yang belanja dan berapa kilo ikan yang dibelinya dari pagi sampai sore.

Tidak sampai disitu, terjun langsung mencari info terkait dengan pakan dan aneka kebutuhan penangkaran ikan nila dari manapun.


4. Memulai Bisnis Dari Kecil

Langkah yang dilakukan pak Danang berikutnya adalah memulai bisnis dari kecil walau modal sebenanrnya cukup untuk memulai dari besar. Baginya, jika memulai usaha dari kecil, maka akan tahu seluk bisnis tersebut dan jika ada kegagalan maka, tidak serta merta menghilangkan semua modal.

Mulai dari budidaya dalam skala kecil terus dikembangkan. Konsep yang dipakai adalah uang - barang - uang. Artinya bahwa uang harus bisa dirupakan dalam bentuk barang. Demikian pula kalau bisnis sudah jadi barang, maka dapat dirupakan dalam bentuk uang.

Konsep ini adalah konsep bisnis riil, dimana transaksi berdasakan barang riil yang ada dipasar. Konsep ini sederhana namun cukup manjur dan likuid. Pak Danang tidak mau bisnis yang menjanjikan keuntungan diatas kertas saja, namun dikondisi riil keuntungannya sebenarnya tidak sesuai atau tidak ada. Margin keuntungan tipis tidak apa, asalkan likuiditas terjaga serta resiko yang rendah.


5. Membangun Ekosistem

Langkah berikutnya adalah pak Danang mencoba merakit dan membangun ekosistem. Ekosistem ikan nila dipetakan mulai dari ekosistem penangkaran, penggemukan, pakan sampai pemasaran. Dan ternyata ditemukan konsep pada keadaan apapun jika petani butuh bisa diuangkan dengan konsep saling menguntungkan.

Rupanya ekosistem ini diterima baik oleh komunitas peternak ikan nila dan ini membuat likuiditas bisnis ikan nila menjadi begitu mudah. Siapapun bisa melepas barang, baik saat pembenihan, penggemukan sampai pada tahap pemasaran dengan konsep transaksi saling menguntungkan antara petani ikan.

Konsep ini membuat petani ikan bisa mengatur ritme penjualan ikannya sampai benar-benar harga ikan dalam kondisi maksimal, karena selama butuh dana, bisa ditransaksikan ikannya dengan komunitas petani ikan nila dikelompoknya.

Begitulah sepenggal cerita, bagaimana pak Danang pensiunan pejabat Telkom ini mengisi hari-harinya saat pensiun. Baginya, bisnis saat pensiun bukan sekedar mencari profit, tetapi juga berkontribusi pada pemberdayaan masyarakat sekitar. Sehat dan sukses selalu pak Danang.


Pindahkuadran
Dari Pekerja ke Pengusaha


Apa Yang Harus Disiapkan Saat Pensiun










Naik pangkat itu misteri, pensiun itu pasti. Begitu pemeo yang sering kita dengar dari para pekerja. Untuk dapat naik pangkat, ada faktor internal dan eksternal yang menyebabkan orang naik pangkat. Internal adala kesiapan diri kita khususnya terkait dengan kompetensi dan pengabdian kita pada perusahaan. Seadng faktor eksternal ada dua, pertama terkait dengan atasan kita, baik langsung maupun tidak langsung. Dan satu lagi adalah nasib, sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita.

Kalau disimpulkan, naik pangkat tergantung pada kemampuan, kesempatan dan nasib. Dari tiga faktor ini, yang dapat kita kontrol adalah kemampuan, karena itu dalam kendali kita. Dan dua lainnya tidak dapat kita kontrol, karena itu bisa jadi misteri.

Mengapa pensiun harus kita rencanakan dengan baik. Kawan-kawan, dunia bisnis kedepan makin tidak dapat kita prediksi, ini berbeda dengan bisnis dimasa lalu. Akibatnya, jaman dulu orang bisa kerja seumur hidupnya, karena perusahaan umurnya panjang. Namun diera disrupsi ini, perusahaan bisa kena sindrome easy come, easy go. Perusahaan mudah berdiri dan membesar, mudah pula tumbang. Siklus hidup perusahaan makin hari makin pendek. Sangat jarang perusahaan bisa berumur lebih dari setengah abad.


Nah, mensikapi kondisi ini, kita sebagai pekerja musti paham. Bisa jadi hari ini mendapat jabatan mentereng dengan perjuangan bertahun-tahun. Dan bisa jadi dalam sekejab jabatan itu terbang karena perusahaan melakan perampingan atau PHK. Kondisi inilah yang harus dipahami para pekerja untuk selalu siap setiap saat menghadapi masa-masa sulit.


Saya mencoba merangkum, apa saja yang dibutuhkan untuk antisipasi kondisi terburuk yang tidak kita inginkan agar kita bisa survie saat menghadapi pensiun, baik itu karena pensiun normal maupun pensiun dini. Ini 7 resep ampuh yang perlu kita miliki.


1. Mental Disiapkan

Kesiapan finansial penting dilakukan, akan tetapi kesiapan mental jauh lebih penting. Kesiapan mental akan memberikan imunitas bagi tubuh kita untuk menerima beban yang lebih berat. Kesiapan mental yang perlu disiapkan diantaranya, menerima komentar orang lain terhadap kondisi kita, kesiapan mental istri dan anak kita, kesiapan mental untuk hidup lebih sederhana dan kesiapan mental lainnya.

Kenapa kesiapan mental ini penting, karena kalau mental kita ndak siap, maka akan berpengaruh pada pikiran dan emosi. Dan tentu saja akan berdampak pada kesehatan kita yang sering kali menyebabkan para pensiunan jatuh sakit. Banyak sekali kejadian, saat bekerja keras tubuh sehat wal afiat, akan tetapi saat pensiun dimana beban kerja menurun malah jatuh sakit.

Kesiapan mental ini akan banyak terbantu dengan kesiapan spiritual. Memahami tentang konsep hidup, makna hidup dan sadar akan siklus kehidupan, yang kadang ada diatas, kadang ada dibawah. Dengan menerima dengan kelapangan, maka itu jauh lebih membantu mental kita untuk bertahan menghadapi kesulitan.


2. Gaya Hidup Diubah

Setelah kesiapan mental, yang tidak kalah penting adalah mengubah gaya hidup. Biasanya, seorang pekerja yang biasanta mendapatkan gaji rutin bulanan dan bonus tambahan, umumnya memiliki gaya hidup yang konsumtif. Membeli barang-barang yang dengannya ingin menampilkan gaya hidup yang semu.

Karena merasa sudah mendapat pendapatan pasti, lebih berani membeli barang yang kadang tidak benar-benar kita butuhkan. Kulkas baru, hape baru, motor baru, mobil baru, rumah baru dan yang baru-baru lainnya. Kadangkala tidak butuh amat, akan tetapi karena ego ingin dipandang orang yang sukses, barang-barang itu dibeli, walaupun dengan memaksakan dengan kredit dan hutang.

Pada saat pensiun, pendapatan yang awalnya pasti menjadi tidak pasti. Jika gaya hidup tidak dikendalikan dan terus melakukan pengeluaran konsumtih hanya karena ingin dipuji orang, maka itu bencana terbesar yang banyak dialami kaum pekerja. Besar pasak daripada tiang.

Lantas siapa yang perlu menbguah gaya hidup. Tidak hanya suami, akan tetapu istri, anak dan keluarga besar yang selama ini kita topang. Banyak orang bisa mengubah gaya hidup sendiri, tetapi keluarga tak mampu dikendalikan, akhirnya mengalami keterpurukan finansial.


3. Mindset Baru Disiapkan

Berikutnya, tidak cukup hanya menyiapkan mental dan gaya hidup. Harus ada perubahan mindset. Kenapa demikian, karena tidak mungkin kita menghentikan pengeluaran hidup. Semisal untuk pengeluaran makan, minum, tempat tinggal, kesehatan dan lainnya. Dan tidak mungkin kita hidup tanpa pemasukan.

Maka hal penting yang perlu kita lakukan adalah merubah mindset. Jika selama ini aliran rezeki berasal dari perusahaan, maka harus bersiap membuat aliran rezeki baru. Jika selama ini bergantung dengan pemasukan bulanan, maka hari ini harus berpikir dengan pemasukan harian.

Apalagi bagi pekerja yang kemudian ingin membangun bisnis barus setelah PHK, maka mindset pekerja harus dienyahkan untuk bertransformasi menjadi pebisnis. Yang awalnya tangan dibawah, harus berubah menjadi tangan diatas.

Selama mindset kita adalah sebagai pekerja dan kita ingin membuka bisnis, maka selama itu bisnis Anda tak akan berkembang. Oleh karena itu, hijrah mindset penting dilakukan.


4. Sambutlah Peluang Baru

Jika selama hidup sebagai pekerja dengan mengorbankan waktumu kepada perusahaan untuk megerjakan tugas kantor sesuai dengan perintah atasan, maka saat kamu pensiun, kamulah yang menjadi tuannya. Artinya kamu memiliki kebebasan sepenuhnya atas apa yang ingin Anda lakukan.

Ketika kamu menjadi tuan bagi dirimu sendiri, proaktiflah menjemput rezeki dengan berbagai cara. Enyahkan menunggu perintah atasan dan enyahkan pula rasa malu. Umumnya, pekerja yang terbiasa menerima perintah atasan, bersikap menunggu arahan, kini kamu harus menyiapkan diri atas apa yang ingin kamu lakukan.

Saat bangun pagi, siapkan selalu daftar hal apa saja yang ingin kamu kerjakan hari ini. Berikutnya  buat rencana jangka panjang, apa yang ingin kamu lakukan, pecah menjadi target-target kecil yang bisa kamu capai hari demi hari. Lakukan proaktif untuk mencapai apa yang ingin kamu lakukan.


5. Persiapkan Perjalanan

Untuk pensiun dini, perlu juga disiapkan. Apa yang harus disiapkan, diantaranya menyiapkan diri baik secara mental, mindset dan finansial.

Saat bekerja, sisihkan gajimu, jangan konsumtif walau kamu masih muda. Mengapa demikian ? karena sejatinya pensiun atau PHK bisa datang kapan saja. Saya menyarangkan kamu hidup minimalis yang saya artikan hidup dibawah pendapatanmu. Dengan demikian, kamu bisa saving gajimu untuk memulai bisnis atau investasi.

Jika kamu belum sempat memulai bisnis karena kesibukan, bisa jadi kamu menyiapkan alokasi dana investasi setiap mendapatkan gaji, walaupun dengan persentasi kecil. Sisihkan sebagai uang darurat.

Berikutnya, uang saya sarankan jangan ditabung, tapi kumpulkan dan belikan emas, karena emas kebal inflasi. Kalau tidak emas, bisa juga investasi ke saham jangka panjang. Hari ini cukup mudah jadi investor saham. Jika uang itu sudah terkumpul, belikanlah tanah atau properti.

Dalam sejarah, harga tanah terus naik seiring dengan semakin banyaknya kelahiran. Tidak ada ruginya beli tanah sebagai investasi.


Pindahkuadran
Dari Pekerja ke Pengusaha

Persiapan Pensiun Apa yang Kamu Siapkan









Sebagai seorang pekerja pada sebuah perusahaan, waktu berlalu begitu cepatnya. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Demikian terus berputar bersama deru kerja yang tiada henti.

Tak terasa saya bekerja seperempat abad, 25 tahun bukan masa kerja yang pendek. Dari mulai bekerja saat masih bujangan, sampai kini anak-anak pada kuliah.

Lantas, pernahkah kita berpikir, bahwa pada akhirnya kita harus berhenti sebagai pekerja. Pernahkah kita merenung, bahwa suatu saat perusahaan kita akan memutus kerja kita saat masa pensiun itu tiba. Sangat bersyukur jika bisa bekerja sampai masa pensiun tiba. Ada banyak diluar sana, masih semangat-semangatnya kerja, tetiba surat PHK keluar karena perusahaan sedang limbung.

Dalam kurun kerja yang panjang tadi, waktu, tenaga dan pikiran semua tercurah kepada masa depan perusahaan. Rencana jangka panjang, jangka menengah sampai jangka pendek kita pikirkan mati-matian dan kita khawatirkan kegagalannya.

Sudahkah kita pernah berpikir, jikalau perusahaan begitu kita pentingkan, pernahkan kita membuat perencanaan masa depan kita setelah pensiun yang pasti akan datang sesuai rencana atau tidak. Pernahkah kita peduli dengan masa depan pribadi kita, masa depan diri kita.

Kebanyakan pekerja, lalai memikirkan masa depan dirinya, hingga tiba suatu saat baik karena PHK ataupun surat pensiun diserahkan. Sudahkah kita siap menghadapi masa-masa sulit itu.

Saya begitu banyak bergaul dengan para pensiunan. Bisa dikatakan 90% para pensiunan jatuh secara mental dan finansial saat menghadapi masa pensiun. Dampak yang timbul tak pernah terbayangkan. Perceraian, ketidakharmonisan rumah tangga, pendidikan anak terbengkalai dan dampak negatif lainnya.

Bagaimana Anda menyiapkan kondisi terburuk yang belum pernah Anda bayangkan ini. Beberapa kiat berikut ini, diharapkan mampu menjadi persiapan kita mengadapi badai itu.


1. Persiapan Mental
Persiapan mental adalah persiapan terpenting yang perlu disiapkan. Kenapa masalah mental paska pensiun ini penting ?

Saat bekerja disebuah perusahaan, meniti karir dari staff sampai posisi tertinggi yang kita mau, maka hampir separuh waktu kita dedikasikan kepada perusahaan. Mau tidak mau budaya perusahaan, posisi kita diperusahaan dan pergaulan diperusahaan telah mendarah daging pada diri kita. Kenyamanan yang didapatkan diperusahaan ada saatnya harus dilepas. Persiapan secara religius akan sangat membantu kesiapan mental Anda.

Misal saja, jika Anda jadi boss disebuah perusahaan, tentu semua kebutuhan dan keinginan Anda akan dicukupi oleh perusahaan. Selain itu, Anda akan difasilitasi sopir pribadi, sekretaris dan fasilitas lainnya.

Saat Anda pensiun, mau tidak mau semua yang Anda dapatkan selama ini lenyap seketika. Siapkah Anda menjadi orang biasa. Tidak punya bawahan, tidak ada fasilitas dan mengerjakan semuanya sendiri. Jika mental Anda jatuh, maka rentetannya akan sangat panjang bagi kesejahteraan pensiun Anda.


2. Life Style
Saat Anda menjadi karyawan, maka gaya hidup Anda pastilah terbentuk dengan kultur perusahaan. Apalagi gaji dan tunjangan secara teratur masuk dalam kantung Anda.

Biasanya, dengan naikknya tingkat kesejahteraan karyawan, maka gaya hidup secara perlahan akan terkerek. Dengan kenyataan uang yang mudah datang dan melimpah, maka umumnya gaya hidup juga akan naik pesat.

Jiwa konsumtif akan meronta. Membeli barang tersier untuk menjaga gensi dan gaya hidup. Barang-barang yang tidak perlu dibeli, akhir dibelu juga demi gensi. Dari jam, smartphone, rumah, mobil dan lainnya.

Saat Anda pensiun, income tak mengalir sederas dulu, Yang ada adalah aliran uang pensiunan atau pesangon yang besar dan rutinitasnya jauh berbeda saat Anda menjadi karyawan.

Nah, jika Anda kejeblos dengan gaya hidup yang tinggi, maka akibatnya Anda akan menderita saat income yang Anda dapatkan tak dapat menalangi besarnya pengeluaran Anda. Jadi mengubah gaya hidup adalah sebuah keniscayaan jika Anda ingin hidup sejahtera.


3. Income Lanjutan

Saat Anda pensiun, bisa dipastikan uang pensiun Anda nilainya akan sangat kecil dibanding dengan gaji bulanan yang Anda terima saat menjadi karyawan. Disatu sisi, pengeluaran juga akan sulit disesuaikan dengan uang pensiun, mengingat kebutuhan orang semakin tua semakin banyak, khususnya untuk kesehatan.

Jika Anda hari ini melakukan aktifitas menabung untuk dapat dipetik dihari tua, tentu tabungan Anda akan kena inflasi yang nilainya jadi tidak sesuai dengan yang Anda harapkan.

Lantas apa yang harus Anda lakukan. Melihat pengalaman dari para pensiunan, maka memilih untuk tetap produktif dalam menghasilkan income adalah pilihan yang terbaik.

Mengapa pilihan ini menjadi yang terbaik. Pertama, dengan kita tetap aktif maka income akan terus mengalir walaupun bisa jadi tak sebesar dulu. Ini artinya dapat membantu income Anda yang hanya dari uang pesangon atau pensiunan. Kedua, dengan tetap aktif, maka seluruh otak dan otot kita akan terpacu untuk tetap produktif. Ini akan membantu tingkat kesehatan Anda. Dan ketiga, dengan tetap aktif kita dapat terus berkontribusi dan beramal sebagai bekal akhirat.


Tiga hal inilah, yang menurut saya penting disiapkan oleh para calon pensiunan. Dan saya pribadi berprinsip tidak ada kata pensiun selama nafas masih ada. Tetap berkontribusi dan beramal selagi masih ada kesempatan hidup.


Pindahkuadran
Dari Pekerja ke Pengusaha